Demi Menyambung Hidup, Kakek di Mojokerto Mengais Rupiah Dengan Sepedah Angin
-Baca Juga
Salim saat berteduh menunggu pembeli (FOTO: Anggun Kusuma/jurnalMojo) |
MOJOKERTO (jurnalMojo.id) — Setiap orang pasti mendambakan hidup yang layak dan serba berkecukupan. Namun pada kenyataanya, saat ini banyak orang yang mengalami kesulitan dalam hal ekonomi.
Penjual jagung rebus keliling Salim (60), warga Desa Kedawung, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto mengatakan kalau hidupnya tidak sebatang kara melainkan ia masih mempunyai istri serta dua orang anak yang sudah menikah.
“Anak saya ada dua, sudah menikah semua dan tinggal bersama suminya masing-masing, jadi saya jualan ini untuk makan sama istri saja," kata Salim.
Salim berjualan jagung rebus selama kurang lebih 10 tahun lamanya. Harga jagung perbiji seharga Rp 2.000 sedangkan kacang rebus Rp 1.500.
Tugas istri Salim di rumah adalah mengolah kacang dan jagung. Sedangkan Salim hanya bagian dagang, untuk kacang dan jagungnya sendiri didapat dari petani sekitar atau yang biasa disebut ngasak sisa panen di sawah, jika diperbolehkan sama pemilik lahan.
"Biasanya beli kadang juga ngasak disawah jika pemilik lahan mengizinkan, lumayan untuk menghemat uang," ujarnya.
Salim menjajakan jualannya dari jam 4 sore hingga jam 9 malam, biasanya jam 4 sore mangkal didepan sekolah SMK di Desa Sasap, setelah itu jam 6 pindah pangkal didepan Indomaret Sasap.
"Mangkalnya pindah 2 tempat didepan SMK dan didepan Indomaret Desa Sasap," tambahnya.
Untuk laba yang dihasilkan dari jualan ini cukup untuk makan sehari-hari, dan cukup buat modal berjualan esok harinya. Salim pun merasa lebih baik jika berjualan keliling seperti ini daripada harus menyusahkan anaknya dan meminta belas kasih orang lain.
Sementara, pembeli jagung dan kacang rebus yaitu Aris dan Rosi juga merasa salut serta prihatin terhadap kondisi kakek tersebut.
"Saya kasihan melihatnya, sudah tua tapi masih kuat berjualan keliling pakai sepeda ontel hanya demi sesuap nasi," ucap Aris
"Saya disini sudah sering membeli barang dagangannya, karena saya salut dan merasa iba, meski dengan kondisi seperti ini Pak Salim tidak menyerah untuk menghidupi keluarganya," kata Rosi. (gun/jek)