Penuh Semangat, Nenek Pengrajin Gerabah Dengan Cara Tradisional Berkarir Sejak 1965 ~ Jurnalmojo | Berita terbaru hari ini
RUNNING NEWS :
Loading...

Penuh Semangat, Nenek Pengrajin Gerabah Dengan Cara Tradisional Berkarir Sejak 1965

-

Baca Juga

Mbah Tunah sedang membuat tutup kuali dengan menggunakan alat putar manual (Foto : Yogi Prastyo/jurnalMojo)

Mbah Tunah sedang membuat tutup kuali dengan menggunakan alat putar manual (Foto : Yogi Prastyo/jurnalMojo) 

MOJOKERTO (jurnalmojo.id) — Gerabah merupakan perabotan dari tanah liat yang dibentuk dan dijadikan alat-alat yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Pengrajin gerabah sendiri dapat ditemui diberbagai daerah, salah satunya di Mojokerto yang kini terkenal sebagai penghasil gerabah khususnya cobek.

Tunah atau yang biasa dipanggil Mbah Tunah adalah salah seorang pengrajin gerabah warga Dusun Mlaten RT.02, RW.03, Desa Mlaten, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto. Nenek usia 76 tahun ini sampai sekarang tetap bertahan membuat gerabah dengan cara tradisional.

"Sayang kalau tidak ada yang meneruskan usaha pembuatan gerabah ini karena sudah tidak ada lagi penerusnya yang mau, jadi lebih baik tetap buat saja meskipun sedikit," ungkap Mbah Tunah, Senin (06/03/2023). 

Ia mulai membuat gerabah sejak tahun 1965 ketika masih gadis. Ia dulu merupakan warga pendatang dari Dlanggu. Saat pindah ke Desa Mlaten ia pun bertemu dengan pengrajin gerabah dan belajar cara pembuatan gerabah disana. Setelah belajar kurang lebih 4 tahun akhirnya Mbah Tunah membuka usahanya sendiri.

"Dulu tempat pembuatan gerabahnya ada di belakang rumah. Sejak tahun 2019 pindah di depan rumah. Tujuannya supaya orang lain tau kalau saya membuat gerabah dengan tangan (tradisional)," pungkasnya.

Mbah Tunah menunjukkan gerabah hasil buatannya (Foto : Yogi Prastyo/jurnalMojo)

Mbah Tunah menunjukkan gerabah hasil buatannya (Foto : Yogi Prastyo/jurnalMojo) 

Disini ada berbagai macam gerabah yang diproduksi seperti kuali dan tutupnya, wajan sangrai, cobek ukuran kecil dan besar, pot, gentong, serta tungku.

Untuk harga gerabah buatannya sangat bervariasi, mulai dari kuali dan tutupnya seharga Rp.15.000, wajan sangrai Rp.15.000, cobek ukuran kecil Rp.10.000, cobek ukuran besar Rp. 20.000, pot Rp.15.000, gentong Rp. 50.000-60.000, dan tungku Rp. 25.000.

Dalam sehari, Mbah Tunah bisa membuat 5 buah gerabah. Omset yang ia peroleh dalam seminggu berkisar Rp. 350.000. Namun untuk pemasarannya saat ini sudah tidak seramai dulu karena sekarang sudah banyak perabot dari bahan plastik.

Proses pembuatan gerabah sendiri terbilang rumit. Pertama, tanah liat dicampur dengan pasir dan diberi air, setelah itu di diamkan selama 5 hari dan diinjak-injak dengan kaki. Kedua, proses pembentukan dengan alat putar manual dan diberikan pewarna alami supaya terlihat menarik. Ketiga, proses penjemuran selama 3-4 hari tergantung cuacanya agar benar-benar kering. Terakhir adalah proses pembakaran selama 5 jam dengan kayu bakar secukupnya.

Semua proses pembuatan gerabah Mbah Tunah lakukan sendiri, mulai dari proses pembuatan adonan tanah liat hingga proses pembakaran. Dulu ketika suaminya masih ada suaminya yang berjualan keliling untuk memasarkan gerabahnya.

"Memang mbah itu lebih senang dengan cara tradisional, selain mbah sudah tidak ada lagi yang mau, kalau tradisional kan prosesnya terlalu lama juga," ujar Bayu Ludra (36), cucu pertama Mbah Tunah. (yog/jek)

Mungkin Juga Menarik × +

 
Atas
Night Mode