Peternak Sapi di Mojokerto Tetap Eksis Meski Banyak Wabah PMK dan Harga Pakan yang Terus Naik
-Baca Juga
Son Muzakki sedang memeras sapi miliknya (Foto : Yogi Prastyo/jurnalMojo) |
MOJOKERTO (jurnalMojo.id) — Menjadi peternak sapi saat ini, tidaklah mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi agar mampu bertahan. Di Mojokerto sendiri ada salah satu peternak sapi di Dusun Ketegan RT.15 RW. 02, Desa Gondang, Kecamatan Gondang.
Peternak sapi bernama Son Muzakki (54), yang mengaku berternak sejak tahun 1983. Dulunya ia hanya memiliki 2 ekor sapi betina yang ia beli secara kredit lewat koperasi. Berkat kerja kerasnya, kini ia pun sudah memiliki 6 ekor sapi jantan dan 5 ekor sapi betina.
Untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan sapi miliknya, Son memberi makan sapi-sapinya secara rutin setiap pagi dan sore. Tak lupa ia juga membersihkan kandang sapinya agar terhindar dari berbagai penyakit.
"Setiap hari saya berikan makanan berupa pakan konsentrat mix feed bar, setelah itu saya berikan rumput gajah," ujar Son Muzzaki.
Son menjelaskan kalau menjadi peternak sapi memang dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan jika ingin berkembang. Selain itu, menjadi peternak sapi saat ini juga banyak tantangannya karena harga pakan konsentrat yang terus naik, susu sapi banyak yang tidak laku, ditambah lagi penyakit-penyakit sapi yang menular seperti penyakit mulut dan kuku (PMK).
"Semua sapi-sapi saya kemarin terkena PMK, yang masih bisa bertahan hanya 3 ekor. Sapi yang bisa bertahan itu yang masih anakan kalau indukan sudah tidak bisa," jelasnya.
Imbas dari PMK ini, banyak sapi miliknya yang terpaksa ia jual dengan harga murah. Anak sapi yang masih bertahan hidup itupun kondisinya memprihatinkan karena tidak mau makan dan kukunya mau terlepas. Son mencoba berbagai cara untuk merawat sapi-sapinya yang sakit tersebut dengan disuntikkan vaksin dan diberi makan serta vitamin secara teratur.
Tidak enaknya memelihara sapi memang terletak pada serangan penyakit, namun enaknya menjadi peternak sapi, yaitu jika susu sapi hasil perasan laris terjual.
Setiap harinya Son dibantu sang istri Rochanah (39) untuk memeras susu sapi, dari pagi pukul 04.00 sampai sore pukul 15.00.
Dalam sehari, sapi miliknya bisa menghasilkan sekitar 12 liter susu yang ia jual dengan harga Rp 12.000 per liter.
"Dulu susu sapi hasil perasan saya setorkan ke koperasi. Namun karena saat ini koperasinya sudah tutup, maka susu sapinya saya jual sendiri ke pelanggan. Pelanggan yang beli biasanya langsung datang ke tempat peternakan," terangnya.
Sementara itu, seorang pelanggan, Divana Nurhanifah (10) mengatakan, kalau ia sudah langganan susu sapi disini. "Sering beli susu disini seminggu sekali, dekat dari rumah, susunya juga murni karena langsung diperas dari peternakan, sekali beli 4 liter," ungkapnya. (yog/jek)