Pasar Kramat Sajikan Konsep Wisata Bernuansa Tempo Dulu
-Baca Juga
Salah satu penjual kembang gula dan rambut nenek di Pasar Kramat (Foto : Krisna/jurnalMojo) |
Koin gobog ini terbuat dari kepingan bambu yang dibentuk bulat seperti uang namun dengan diameter lebih besar dan lebih tebal jika dibanding dengan uang koin resmi. Sebagai penandanya koin gobog ini diberi stempel khusus sebagai ciri khasnya agar tidak disalahgunakan oleh pengunjung.
Mulyanto salah satu pengunjung dari desa Dlanggu mengaku dirinya sudah beberapa kali mengunjungi pasar kramat. "Sudah sering kesini ini sudah kali ketiga. Kalau kesini sama keluarga saya," ucap, Mulyanto, Minggu (7/4/2024).
Pengunjung Pasar Kramat harus menukarkan sejumlah uang terlebih dahulu sebelum melakukan transaksi. Penukaran uang tersebut hanya bisa dilakukan di lokasi pasar keramat dengan pecahan satu koin gobog bernilai Rp. 2.000.
Berlokasi di Dusun Kramatjetak, Desa Warugunung, Kecamatan Pacet. Yang awalnya dulu bekas pembuangan sampah, lahan tersebut disulap oleh warga sekitar bersama yayasan bambu lestari. Dengan luas lahan sekitar 1,2 hektar.
Sahlan Junaedi, salah satu inisiator Pasar Keramat mengatakan bahwa dengan menjaga kelestarian alam maka alam juga akan memberikan kita timbal balik yang baik juga.
"Kita bisa mendapatkan rezeki dari alam, jika kita sungguh-sungguh merawat alam dengan baik. Dan warga mampu membuktikannya dengan mengelola Pasar Kramat," ucap Sahlan.
Pengunjung dapat menikmati konsep tempo dulu di tengah-tengah kebun bambu yang mengitari pasar kramat. Banyak sekali jenis makan dan minuman tradisional yang tersedia di sini. Seperti gulali, arbanat, horok-horok, cenil, gatot, tiwul, dawet, serabi, lupis, dan juga bubur. Untuk makanan beratnya juga ada soto, pecel, lontong sate, dan gudeg.
Selain makanan tradisional juga tersedia berbagai minuman tradisional yang di jual di Pasar Kramat ada jamu, kopi dan lainnya.
Makanan dan minuman di Pasar Kramat tidak disajikan dengan piring pada umumnya, semua jenis jajanan dan makanan disajikan dengan menggunakan alas dari daun pisang, daun mangkokan atau alas piring yang terbuat dari anyaman bambu sedangkan untuk minuman, disajikan dalam gelas yang terbuat dari kayu atau gelas alumunium tempo dulu.
Selain itu disini juga ada penjual sovenir, mainan, dan alat musik tradisional seperti suling, baling-baling bambu (kitiran), asbak bermotif, tas, sepatu, dan masih banyak lagi. (krs/jek)